Laman

Selamat Datang...

Berbagi isi hati dan pemikiran...
Berbagi asa untuk mencapainya bersama untuk sebuah kemajuan...

Senin, 11 Mei 2009

Menanam Pohon Idealisme

Ada apa dengan idealisme sehingga orang berbondong-bondong meyakini ”Hidup Susah dengan Idealisme”? Ada banyak godaan yang membuat seseorang meninggalkan idealismenya, terutama godaan duniawi materialistik. Siapa yang tidak suka hidup enak dan mudah sekalipun itu mesti ditukar dengan ”cita-cita”?

Apa ada orang yang tidak punya cita-cita untuk hidupnya? Semua orang tentu punya. Setiap cita-cita yang kta ucapkan adalah cerminan tujuan hidup kita. Hanya saja, memang tujuan hidup setiap orang berbeda-beda. Seberapa jauh kita melenceng dari tujuan kita atau seberapa kuat kita bertahan untuk tetap sampai ke tujuan kita, di sinilah idealisme bermain. Tetap ideal artinya tetap pada apa yang kita tuju, yang berupa patokan-patokan yang kita anggap sempurna. Dan ketika kita dihadapkan pada istilah ”sempurna”, bukankah kita dihadapkan pada kenyataan tentang diri kita sendiri bahwa tidak ada manusia yang sempurna? Jadi, apakah idealisme itu masih bisa diwujudkan?

Jawabnya adalah ya. Inilah yang membedakan antara mereka yang menyerah dan mereka yang tetap terus.

Sayyid Qutb mengatakan bahwa orang yang hidup bagi dirinya sendiri akan hidup sebagi orang kerdil dan mati sebagai orang kerdil. Tapi orang yang hidup bagi orang lain akan hidup sebagi orang besar dan mati sebagai orang besar. Sebagaimana yang diberitakan dalam hadist nabi bahwa manusia yang paling baik adalah yang bermanfaat bagi sesamanya. Seperti apakah tujuan hidup kita sehingga idealisme kita adalah demi kebahagiaan bersama? Inilah yang kemudian juga membedakan antara mereka yang menjadi pahlawan dan mereka yang menjadi pengecut.

Akar Idealisme

Idealisme sebagai suatu pekerjaan besar tidak akan terwujud tanpa usaha-usaha luar biasa. Usaha yang luar biasa adalah respon terhadap stimulus yang berupa tantangan zaman, tantangan kehidupan yang tidak remeh. Namun, tidak semua orang menyadari tantangan zaman tersebut dan berperilaku untuk tujuan-tujuan jangka pendek dan untuk kepentingan pribadi.

Idealisme tidak tumbuh sekejab mata, artinya ada proses panjang, ada sosialisasi dan internalisasi pengetahuan. Maka, dalam proses ini faktor pendidikan sangat penting, terutama yang dilakukan oleh orangtua dan guru di sekolah.

Orangtua dan guru adalah orang-orang yang paling dekat bagi kita dan menjadi sosok yang sangat besar pengaruhnya pada diri kita. Setiap tindak tanduknya pada kita kita saksikan dan kita interpretasi sehingga tidak disadari mereka menjadi model bagi perilaku kita. Kita tahu betapa berharganya teladan yang mereka berikan dan kita kagum pada perilaku-perilaku mereka yang luar biasa. Rasa kagum itu menumbuhkan niat dalam diri bahwa kita ingin seperti mereka dan muncul pertanyaan apakah kita bisa seperi mereka? Dari sini muncul motivasi sehingga kita secara sadar memilih hidup sebagaimana sosok yang kita kagumi dan senantiasa mengembangkan potensi diri untuk mencapainya.

Batang Idealisme

Apa arti suatu motivasi tanpa keberanian untuk mewujudkannya dalam perilaku nyata. Berani adalah berhati mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi kesulitan.

Mewujudkan idealisme bukan hal sesederhana membalik telapak tangan. Banyak hal yang menggoda kita untuk meninggalkan idealisme, banyak hal yang menghambat pencapaian kita, tantangan dari orang lain yang meremehkan kita, kondisi diri dan lingkungan yang serba kekurangan, dan tidak adanya rekan untuk mewujudkan cita-cita besar, semua itu cukup dapat membuat kita berhenti. Keberanian ada karena kita sadar dalam menentukan apa yang akan kita ambil sebagai tujuan hidup. Keberanianlah yang membuat kita terus maju karena kita sadar bahwa cita-cita besar dibeli dengan harga yang tidak sedikit.

Keberanian perlu ditemani dengan kesabaran yang besar. Keberanian akan membuat kita maju, tetapi kesabaran itulah yang akan membuat kita tetap ada dalam keberanian itu. Sabarlah yang membuat kita tahan dalam menghadapi semua hambatan yang kita peroleh sepanjang jalan mewujudkan idealisme.

Menyuburkan Idealisme

Indonesia membutuhkan idealisme dalam perilaku setiap rakyatnya, perilaku kita semua. Perilaku mulia dan cita-cita yang sempurna pantas untuk diperjuangkan dengan yakin, semangat dan optimis. Mungkin satu-satunya pertanyaan kita kali ini adalah bisakah tujuan mulia itu diwujudkan oleh manusia yang serba kekurangan di dunia yang sama serba kekurangan ini?

Dari mana kita tahu sesuatu itu buruk jika kita belum pernah mengetahui yang baik? Sesungguhnya keadaan yang baik itu ada di dunia ini. Kebanyakan dari kita yang menganggap yang baik-baik itu hanya terjadi di masa lalu dimana dunia belum terlalu rusak dan menganggap yang baik-baik itu hanya milik orang-orang di masa lalu (hari ini tidak banyak lagi).

Apa yang yang kebanyakan kita terima dari lingkungan melemahkan idealisme tersebut. Dari dunia hiburan, bisa kita saksikan apa yang disajikan di televisi dan bacaan-bacaan. Banyak sekali hiburan yang tidak mendidik dan menginspirasi cita-cita besar. Dari dunia politik, tidak banyak para politisi yang memberika teladan perilaku berpolitik yang baik. Dari dunia pendidikan, peran guru sebagai tokoh kunci pembangunan bangsa semakin luntur karena motif-motif pragmatis dan keuntungan materi. Dan masih banyak lagi informasi-informasi negatif yang kita terima. Hanya sedikit hal yang mampu menginspirasi kita dan yang sedikit itu sangat berharga.

Sebagaimana tidak semua orang masuk surga, tidak semua orang pula memegang idealisme. Perjuangan mencapai cita-cita mulia hanya dilakukan oleh segelintir orang. Tetapi ada sebuah nasihat indah bahwa kekuatan itu tidak terletak pada jumlah. Kekuatan itu ada pada keyakinan. Ketika kita yakin pada apa yang kita perjuangkan, Tuhanlah yang akan menguatkan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar