Laman

Selamat Datang...

Berbagi isi hati dan pemikiran...
Berbagi asa untuk mencapainya bersama untuk sebuah kemajuan...

Sabtu, 01 Agustus 2009

Seorang Muslim dan Hidup Merencanakan





Menjadi seorang muslim memiliki keistimewaan. Hidupnya tidak hanya dihadapkan pada tanggung jawab dunia, tetapi juga tanggung jawab akhirat. Hidupnya tidak hanya dihadapkan pada perencanaan hidup di dunia, tetapi juga perencanaan akhirat. Uniknya, apa yang ia rencanakan di dunia menentukan apa yang terjadi di akhirat nanti.


Konsep mengenai perencanaan hidup antara seorang muslim dan yang bukan tentunya berbeda. Kita sebagai seorang muslim tidak menjadikan dunia sebagai tujuan utama hidup, tetapi sarana untuk mencapai tujuan utama, yaitu akhirat. Berbeda dengan mereka yang meyakini lain, seperti mereka hanya memfokuskan diri pada pencapaian duniawi, mereka dapat dengan mudah kita lihat sebagai mereka yang tenggelam dalam pekerjaan, kesenangan, dan pergaulan yang, mungkin saja, bebas nilai. Seorang muslim menyusun lebih dari sekadar perencanaan hidup. Perencanaan hidupnya adalah perencanaan terbaik yang bisa ia susun untuk mencapai baik kehidupan dunia maupun akhirat.


Orang yang merencanakan hidupnya, ialah perekayasa masa depan kehidupannya. Seperti yang dikatakan oleh Leonard Duhl: “Para perencana, semuanya adalah pembawa perubahan dan setiap pembawa perubahan adalah perencana.”


Bagi kita, terutama mahasiswa yang mengaku dan merasa dirinya adalah agen perubahan alias “agent of change”, semestinya lah kita termasuk orang yang merencanakan masa depan. Juga bagi kita, muslim, tentunya kita adalah pembawa perubahan karena Islam mengajarkan kita untuk senantiasa menyususun suatu rencana hidup, bagi kebaikan di dunia dan di akhirat. Kalau digabungkan, kita mahasiswa juga seorang muslim, maka kitalah agen perubahan bagi dunia. Nah, tinggal bagaimana kita merencanakan hidup itu.


Ada baiknya kita mencermati apa yang dikatakan Ziauddin Sardar dalam bukunya Rekayasa Masa Depan Peradaban Muslim (1991).



“Orang-orang muslim akan selalu mencari keridhaan Allah, dan karenanya hasilnya tidak boleh dipandang sebagai hasil sementara: yang jadi persoalan adalah bagaimana mempertahankan jalan hidup islami yang diridhai Allah dan bagaimana merumuskan rencana-rencana untuk memberikan dorongan pada gaya hidup ini. Karena kita tidak dapat menghentikan kehidupan kita tidak dapat menghentikan kehidupan kita sendiri, maka kita pun tidak boleh berhenti membuat rencana. Kita akan terus membuat rencana untuk mencapai “cita-cita kehidupan akhirat”, suatu cita-cita yang memberi arah untuk dituju. Jadi, kita membuat rencana untuk mencapai “keselarasan” yang tak putus-putusnya dan bukan satu tujuan akhir.”



Bagaimana selama ini kita merancang masa depan kita? Apakah yang menjadi pertimbangan kita dalam merancangnya?


Kebanyakan dari kita akan mempertimbangkan kesuksesan ada pada prioritas pertama. Sejauh manakah kita mempertimbangkan tentang keridhaan Allah yang kita harapkan? Atau jangan-jangan malah tidak terpikirkan sama sekali…


Hidup seorang muslim tidak akan berarti kecuali ia melaksanakan sesuatu yang diridhai oleh Allah. Itu berarti Allah menyukai apa yang kita lakukan. Banyak sekali hal yang kita pilih, tetapi hal-hal tersebut ternyata merugikan, kita sadari atau tidak. Maka dari itu, perlu kita sandarkan perencanaan hidup kita pada apa yang menjadi pedoman hidup yang telah diridhai Allah, yaitu Islam.


Suatu perencanaan tidak pernah lepas dari strategi-strategi untuk mencapai tujuan. Strategi ini terdiri atas cara-cara yang lebih sederhana untuk menjalankan strategi tersebut. Cara-cara yang sederhana tersebut terlihat dari bagaimana kita menjalankan kehidupan sehari-hari dengan kata lain, adalah gaya hidup kita. Seberapa jauh gaya hidup kita sebagai seorang muslim mampu mendukung pencapaian-pencapaian kita di dunia dan di akhirat? Kitalah yang merasakannya sendiri.


Tidak salah. Tujuan dan perencanaan hidup kita lebih dari satu. Ada banyak tujuan dan perencanaan hidup, yang kecil maupun yang besar. Tidak salah bahwa lebih mudah menetapkan tujuan kecil sebelum memutuskan tujuan besar. Dari tujuan dan perencanaan sederhana, kita belajar memiliki tujuan dan rencana yang besar. Namun, hal yang kecil-kecil tersebut bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, ia adalah bagian dari pencapaian besar kita. Jadi, jangan diremehkan.


Apakah hal yang kecil itu? Boleh dikatakan, itulah gaya hidup kita yang terdiri atas perilaku-perilaku kita sehari-hari. Perencanaan tak lepas dari perencanaan perilaku pula. Kembali pada bahwa perilaku kita ditentukan oleh apa yang kita pikirkan dan rasakan, bagaimana kita merencanakan agar kita memiliki pikiran dan perasaan yang baik, yang akan mewarnai perilaku-perilaku kita?


Perencanaan sungguh-sungguh merupakan suatu keselarasan yang tidak ada putusnya. Selama waktu masih berjalan dan dunia masih memiliki dinamikanya, perubahan akan terus terjadi, tak ada yang salah dengan perencanaan yang kita buat sekalipun kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Enggan merencanakan? Itulah orang yang sungguh akan gagal.



"Hidup bermakna adalah suatu pencapaian yang mendaki serta sulit."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar